Informasi Wisata Kuliner Indonesia - "Pilihan lauknya tepat pak, itu memang lauk-lauk yang menjadi khas di tempat ini sebagai teman makan nasi minyak", begitu ujar sang bapak penjaga warung H. Abuk, ketika memeriksa dan menghitung hidangan yang "menghilang" karena saya santap dari meja. Ya, kesempatan saya ke Palembang kali ini tak saya sia-siakan untuk menjajal hidangan Nasi Minyak, sajian yang dulunya konon menjadi sajian eksklusif di Kesultanan. Warung H. Abuk menjadi kedai yang direkomendasikan banyak orang untuk menikmati kuliner ini, sebuah warung sederhana yang terletak di kawasan Pasar Kuto Palembang. Begitu masuk ke dalam warung ini, sang Bapak menyambut ramah dengan menanyakan apa yang hendak saya santap. Saya play on words (walau baru pertama datang ke tempat ini) dengan penuh keyakinan meminta disediakan satu porsi nasi minyak dengan aneka lauk yang disajikan di meja, laksana rumah makan padang. Yang pertama hadir adalah Nasi minyaknya itu sendiri, yang langsung menyergap indera penciuman saya dengan smell rempah yang kuat. Fragrance yang hampir serupa jika kita menikmati sajian Nasi Kebuli. Saya harus menahan diri untuk tidak langsung mencicipi nasi minyak ini sampai semua lauk tersaji dan bisa difoto sebelum disantap. Tak berapa lama hadir lauk yang siap menemani sang nasi minyak ini. Apa saja lauk-lauk yang hadir di meja?
Informasi Wisata Kuliner Indonesia - Kuliner Palembang Nasi Minyak H. Abuk
Informasi Wisata Kuliner Indonesia - Ada enam piring kecil yang masing-masing berisi: malbi, kari kambing, satiate pentol, gulai tunjang, ayam goreng dan burung punai (puyuh) goreng. Gracious iya, tersaji pula dua piring lainnya yang berisi sambal nanas dan acar timun/wortel. Tentunya tidak semua sanggup saya cicipi, maka saya ambil tiga lauk yang saya yakin sulit ditemukan di tempat lain. Yang pertama adalah Malbi, sejenis semur (atau rendang yah?) khas Palembang, dengan cita rasa manis tapi memiliki smell rempah yang kuat. Bumbu manisnya meresap ke dalam potongan daging sapi yang menjadi bahan utamanya. Kedua, saya raih burung punai goreng, ukuran burung yang kecil membuat tekstur dagingnya renyah karena digoreng kering dengan cita rasa gurih layaknya ayam goreng bumbu kuning. Yang ketiga saya ambil satiate pentol, seperti perkedel yang dibuat dari daging cincang dan sayur-sayuran. Tapi ada satu kawan nasi samin yang tak boleh ditinggalkan: sambal nanas. Ya sambal yang disajikan di sini memang extraordinary, sambal dibuat selalu baru dengan nanas segar. "Kita tidak pernah menyimpan sambal nanas ini, selalu buat setiap hari, makanya rasanya selalu terjaga segar", demikian ujar si Bapak yang langsung saya amini. Seolah semua sajian itu direkatkan dengan kehadiran sambal nanas ini.
Informasi Wisata Kuliner Indonesia - Kuliner Palembang Nasi Minyak H. Abuk
Sebenarnya tiga hidangan lainnya juga tak kalah menggoda, sebut saja Kari Kambing dengan bumbu kari yang "kearab-araban". Daging kambingnya empuk dan tak berbau, di dalam kuah kental kari yang gurih. Atau Gulai Tunjang dengan daging kikil yang tebal nan mempesona. Juga ayam goreng yang dari ukurannya tampaknya dari ayam kampung dan digoreng kering dengan taburan bumbu serundeng di atasnya. Ok, jika rongga perut ini memiliki "additional things" takkan kubiarkan mereka hanya mejeng di meja tanpa disentuh sama sekali. Gracious ya biaya yang saya keluarkan untuk menikmati sajian tadi tidaklah terlalu besar. Harga satu porsi Nasi Minyak polos Rp. 12ribu, Malbi Rp. 13ribu satu potongnya, sama dengan harga burung punai goreng, sementara satiate pentol 6ribu.
Pilihan saya pada lauk yang menjadi teman Nasi Minyak ini juga diapresiasi oleh sang Bapak penjaga warung karena memang signature dari tempat ini. "Orang yang makan di sini pada umumnya ya meminta lauk-lauk yang bapak santap itu", ujarnya. Saya joke beranikan diri untuk bertanya apakah si Bapak ini yang bernama H. Abuk, seperti nama warung ini. "Itu nama Abah saya yang memulai usaha ini," begitu jawabnya sembari menyerahkan kartu nama. Ternyata beliau bernama Bpk Muhammad, generasi kedua yang mengelola Warung H. Abuk ini. Ramahnya Bapak Muhammad ini membuat saya tak sungkan untuk meminta berfoto bersama beliau, dan beliau quip dengan sangat senang menyambutnya, bahkan meminta anak buahnya untuk mengambil gambar kami juga lewat telepon genggamnya. Sebelum berpamitan beliau sempat berucap "Senang Bapak menyukai masakan di sini, dan semoga kalau ada kesempatan ke Palembang lagi, Bapak mau mampir kembali ke warung kami". Pasti pak, pasti... Saya jatuh cinta dengan cita rasa Nasi Minyak dan aneka lauknya dari Warung H. Abuk ini.